Pasien TB-RO Paling Terdampak Pandemi, Yayasan Peduli TB Sulsel Salurkan Bantuan Sembako
MAKASSAR— Jika ada segolongan orang yang dapat dianggap paling terdampak pandemi covid-19, maka pasien tuberkulosis adalah orang-orangnya. Sebab beban mereka bukan hanya menghadapi era pandemi dan virus corona, tetapi juga harus berjuang untuk sembuh dari penyakitnya di tengah pergulatannya dengan persoalan ekonomi.
Demikian Kasri Riswadi, Ketua Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis Sulsel, di sela-sela kegiatannya menyalurkan bantuan paket sembako untuk pasien TBC resisten obat di Rumah Singgah TB ASA, Jl Tupai Makassar, Selasa, 3 November 2020.
“Sebelum datang virus corona, pasien TBC sudah harus mendapatkan perhatian khusus. Akibat penyakit ini banyak dari mereka menurun produktifitasnya, bahkan tak sedikit harus meninggalkan pekerjaannya. Itulah mengapa mereka dianggap sangat terdampak secara ekonomi,” jelas Kasri.
Bantuan kali ini diberikan kepada khusus pasien TB resisten obat dan dilakukan secara bertahap sejak Senin (2/11) lalu.
Menurut Kasri, pasien TB RO menjadi sasaran karena sebagai pasien kategori kebal obat asupan nutrisi menjadi kebutuhan penting dalam menunjang proses pengobatannya.
“Sebanyak 20 paket sembako kita salurkan. Hari pertama untuk pasien TB-RO dari Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) dan RSUP Dr Wahidin Sudirohosodo Makassar, dan hari kedua untuk pasien dari RSUD Labuang Baji Makassar,” terangnya.
Ketua Dewan Pembina Yayasan Masyarakat Peduli Tuberkulosis Sulsel, Wahriyadi menambahkan, bantuan paket sembako ini merupakan hasil fundraising Yayasan.
Penyaluran bantuan sembako bagi pasien TBC ini, lanjutnya salah satu program Yayasan, adapun sumbernya swadaya yayasan dan juga melalui kerjasama dengan lembaga filantropi.
“Bagi kami pasien TBC harus selalu jadi perhatian, karena selain menjadi beban bagi penderitanya, angka penularannya juga sangat tinggi sehingga aksi-aksi penanggulangan TBC termasuk mendukung kesembuhan dengan memberikan bantuan asupan gizi dan sembako menjadi sangat penting,” tutupnya.
Sementara itu, salah seorang pasien TB penerima bantuan, Abd latif, menyampaikan rasa syukurnya atas bantuan yang ia terima. Dia dia mengaku telah menjalani pengobatan selama enam bulan dari pengobatannya yang diperkirakan sampai 11 bulan.
Sang istri, Rabiah juga tengah menjali pengobatan TB-RO dan saat ini sudah memasuki lima bulan masa berobat.
“Selama minum obat TB ini saya berhenti bekerja, selain karena pandemi korona juga karena fokus menjalani pengobatan,” ujarnya. (rls)
Komentar
Posting Komentar