Satu Dasawarsa Sebagai Pegiat TB, Kamaruddin: Tak Ada Usaha yang Sia-Sia

 




Capaian programatik dengan persentase rata-rata 118% di tiga indikator utama program TB Komunitas SSR Kabupaten Gowa Semester Dua tahun 2021 menjadi bukti konkrit akan upaya kuat Kamaruddin dalam mendukung eliminasi TBC di Gowa. Capaian angka-angka itu pun bukan kali ini saja, karena sebelumnya capaian targetnya memang selalu di atas angka 80%.

Tahun 2022 ini menandai satu dasarwarsa perjuangan pria yang akrab disapa Udin dalam membaktikan dirinya pada program penanggulangan Tuberkulosis di Kabupaten Gowa. Energinya bak tak terbatas. Selain menjalankan tanggung jawab utamanya sebagai pelaksana program komunitas TB, ia juga tetap aktif memenuhi peran yang melekat pada dirinya sebagai seorang Ustaz, Dai dan Penyuluh Agama.

Tahun 2012 adalah awal perkenalannya dengan program TB. Sebagai Anak Muda Muhammadiyah, ia banyak berinteraksi dengan Pimpinan Daerah Aisyiyah Kabupaten Gowa. Sejalan dengan itu, ketika program TB Care Aisyiyah masuk di Kabupaten Gowa, dirinya langsung diminta untuk menjadi Koordinator program TB Care Aisyiyah.

Aisyiyah rupanya memercayakan programnya kepada orang yang tepat. Pengalaman Udin sebagai aktivis pemuda dan seorang Dai memudahkannya untuk bersosialisasi dan membuka relasi ke berbagai pihak, dari stakeholder bidang kesehatan di tingkat kabupaten, unsur layanan puskemas, hingga tokoh masyarakat untuk membantu identifikasi dan perekrutan kader TB potensial. Namun, semua itu juga bukan tanpa rintangan. Ada saja pihak-pihak yang meragukan keberadaan dan kapasitasnya karena latar belakangnya yang bukan berasal dari ilmu Kesehatan.

Hambatan-hambatan tersebut tidak membuatnya lengah. Udin tetap melangkah dengan dorongan hati nurani, kerja ikhlas, dan kepedulian yang ia miliki. Buah dari keikhlasan itu menjadi salah satu sumber kebahagiannya. Udin mengungkapkan bahwa dirinya sangat senang ketika ia dengan kader-kadernya berhasil membuat seorang penyintas TBC yang telah pasrah dan tak berdaya dapat bangkit, berobat dan sembuh dari jerat derita karena penyakit yang bersumber dari kuman mycobaterium tuberculosis.

Prinsip dan kepedulian Udin mendorongnya untuk tak sekadar mengorganisir kader TB dalam rangka memaksimalkan capaian program. Pendekatan advokasi kebijakan juga ia inisiasi dan terus kuatkan, baik dengan pertemuan lintas CSO (Civil Society Organization), lembaga pemerintahan, lobi ekskutif dan legislatif, sektor usaha, hingga menjaring tokoh-tokoh masyarakat untuk dapat berkontribusi dalam program TB.

“Kita akhirnya memahami bahwa persoalan Tuberkulosis ini bukan persoalan sektor kesehatan saja, melainkan semua sektor, ada sisi sosialnya, ekonomi, pangan, lingkungan, pendidikan, ketegakerjaan, keluarga, termasuk keyakinan agama juga. Dengan begitu yang kita lakukan bersama adalah saling meyakinkan bahwa persoalan ini harus diperangi sama-sama dengan kapasitas kita masing-masing,” pungkasnya, saat ditemui pada awal tahun 2022 ini.

Hasilnya, kabupaten Gowa menjadi daerah pertama di Sulawesi Selatan yang mempunyai Peraturan Daerah (Perda) serta Peraturan Bupati (Perbup) tentang penanggulangan TB. Dari sisi yang lain, di akar rumput, ia juga terus mendorong pengaktifan kelompok masyarakat peduli tuberkulosis (KMP TB) di wilayah cakupannya. Tercatat sejak tahun 2015 hingga saat ini, ada tiga KMP di kabupaten Gowa yang begitu populer serta menjadi percontohan KMP di daerah lain di Sulsel. Ketiga KMP itu adalah KMP Surya Bajeng, KMP Sipakainga Pallangga, dan KMP Sitallassi Bontonompo. Ketiga KMP ini bergerak dengan POS TB Desa, program Sare Bayao (Berbagi Telur), dan pemberian asupan gizi dan nutrisi bagi pasien TB tidak mampu.

Disamping itu, bersama lembaga filantrofi yakni Basnaz dan Lazismu, ia menginisiasi program khusus bagi keluarga terdampak TBC, seperti bedah rumah pasien TBC, pemberian beasiswa bagi anak pasien, serta daging qurban bagi pasien TBC yang diadakan setiap tahunnya.

Pendekatan lain juga ditempuh oleh Udin dengan memanfaatkan keberadaanya sebagai seorang Ustaz. Saat menjalankan tugas dakwah di masyarakat baik saat ceramah maupun penyuluhan kepada calon pengantin di KUA, dirinya  selalu memastikan untuk menyelipkan edukasi TBC kepada jamaah atau pendengarnya. “Saya selalu memastikan itu (edukasi TB: Red), karena memang sangat relevan, kalau di agama kan ada TBC juga yaitu tahayyul, bid’ah, dan khurafat, jadi selain mendakwahkan itu saya juga perlu mendakwahkan TBC yang lain yaitu Tuberkulosis yang juga tak kalah berbahayanya,” ucap Udin, sambal tertawa ringan.

“Dalam perintah agama, ada anjuran bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman, kemudian ada juga perintah bahwa barang siapa menolong satu jiwa maka ia sudah seperti menolong seribu jiwa. Ini yang saya pegang dan spirit itu juga yang saya tekankan ke semua orang khususnya kader-kader kami,” tuturnya.



Untuk kedepannya, Udin menaruh harapan bahwa akan lebih banyak orang lagi yang terlibat dalam upaya eliminasi TBC, sebab sekali lagi persoalan TBC adalah persoalan bersama, kita semua dapat mengambil peran masing-masing berdasarkan kapasitas, relasi, dan kemampuan tanpa melihat latar belakang karena semuanya relevan dan saling terhubung.

Akhirnya, Kamaruddin, sang Ustaz sekaligus Staff Program SSR Yamali TB Kabupaten Gowa dengan capaian program di atas 100% pada tahun 2021, pun terus berjuang dengan sejumlah langkah dan inisiasi yang ia ciptakan. Segala apapun yang ia lakukan selama ini, semoga membuka mata kita bahwa tak ada usaha yang sia-sia. Teruslah berbuat! (KR)

Komentar